KKN DESA KARYA BERSAMA, SEBUAH KAMPUNG YANG HILANG
KKN STIT DDI PASANGKAYU
Program KKN yang bertujuan sebagai sarana
pembelajaran dan pengabdian di ruang praktek bagi mahasiswa yang akan
menyelesaikan program studinya sejatinya memberikan kenangan dan kesan
tersendiri bagai mahasiswa yang menjalankannya. Baik kenagan kebersamaan dengan
teman seperjuangan dalam satu posko maupun kenangan dan kesan di kampung tempat pelaksanaan KKN.
Awalnya saya menganggap itu hanya
berupa bualan mahasiswa yang telah melalui masa KKN. Namun saat ini hal itu pun juga
saya rasakan. kami yang saat ini menajalani proses KKN Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah DDI Pasangkayu di desa Karya Bersama merasakan kesan yang mungkin beda
dirasakan oleh mahasiswa lain pada umumnya. Kesan yang saya coret di dinding ini
bukanlah kesan indah kebersamaan di POSKO, melainkan kesan berupa Fenoma yang kami dapatkan di desa Karya Bersama tempat
kami mengabdi sebagai mahasiswa masa KKN.
Kurang lebih seperti cerita KKN Desa
Penari yang menceritakan hal hal misterius dialami mahasiswa di sebuah desa
yang sampai saat ini belum diketahui pasti keberadaannya. Apa yang dialami
mahasiswa KKN Desa Penari kurang lebih itu yang kami alami, KKN Desa Karya
bersama. Bedanya yang kami temukan bukan desa yang misterius tetapi sebuah
kampung yang hilang di desa Karya Bersama.
Sebuah fakta kami dapatkan dilapangan selama
observasi sekitar tujuh hari pasca pelepasan oleh dosen Pembimbing, kami
menemukan sebuah kampung/dusun di desa Karya Bersama yang dulunya ramai dihuni
oleh masyarakat kini sepi sunyi berjejeran rumah rumah kosong dan puing puing
bekas bangunan. dusun itu bernama dusun Sinar wajo. Menurut kepala dusun Sinar
wajo bapak Syamsu Rijal yang saat ini berdomisili di Dusun Tetangga bahwa dusunnya
dulu ramai dihuni sekitar seratus tiga
puluh jiwa dengan empat puluh satu jumlah Kepala Keluarga. Namun, sekarang
hanya tertinggal enam rumah yang berisi disana dihuni belasan jiwa. Warga lainnya
mengungsi diluar kampung untuk menyelamatkan diri dan harta benda mereka.
Informasi yang kami terima semakin
merangsang rasa penasaran hingga kami mencoba melihat langsung kondisi bekas
perkampungan yang ramai dibicarakan warga sekitar dan mencari penyebab warga
meninggalkan kampung ramai itu. Setelah melewati perjalanan sekitar lima kilo
meter dari jalan trans Sulawesi sampailah kami di sebuah tempat bekas
perkampungan Dusun Sinar Wajo. Bekas puing puing bangunan masih ada disana
beberapa rumahb kosong masih tegak berdiri meskipun sudah tak berpenghuni, mesjid
Nurul Huda sebagai tempat beribadah masyarakat disana kini sudah tidak terawat
disekelilimhnya di tumbuhi semak belukar, di dalam mesjid yang berukuran
sekitar tiga puluh kali dua puluh meter itu di penuhi lumpur dengan ketebelan mencapai
hampir setengah meter. Daerah perkebunan kelapa sawit yang menjadi sumber mata pencaharian
utama masyarakat sekitar dengan luas kira kira mencapai ratusan hektar kini
sudah tidak produksi lagi dan dibiarkan menjadi hutan kembali oleh pemiliknya. Betapa
besar kerugian yang dialami oleh masyarakat Dusun Sinar Wajo.
Informasi terus kami gali melaui informan yang kami anggap mengetahui
secara pasti penyebab tenggelamnya kampung tersebut. Menurut ketua karang
taruna Desa Karya Bersama bung hardi bahwa sejak tahun 2016 Desa Karya Bersama
kerap kali terkena banjir musiman hingga menenggelamkan beberapa rumah warga. Ketinggian
air mencapai hingga satu meter lebih dengan durasi waktu yang lama sehingga
melumpuhkan aktifitas warga.
Banjir musiman melanda dua dusun di
desa Karya Bersama yaitu dusun Sinar Wajo dan Dusun Marambeau namun yang paling
parah adalah dusun Sinar Wajo masyarakat Dusun tersebut akhirnya berinisiatif meninggalkan
kampungnya untuk mencari tempat tinggal yang nyaman. “kita berharap ada solusi
yang tepat dari pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan banjir di
daerah ini sehingga kebun kebun warga bisa di kelolah kembali, perkampungan
bisa kembali ramai, dan Mesjid Nurul Huda bisa di fungsikan kembali” tandas Hardiansyah
ketua Karang tarunan Desa karya Bersama. ini bukan cerita melainkan sebuah fakta.
Labels: KKN STIT DDI PASANGKAYU, MEMBACA PESAN ALAM, STIT DDI PASANGKAYU