Thursday, 13 February 2020

KKN DESA KARYA BERSAMA, SEBUAH KAMPUNG YANG HILANG


KKN STIT DDI PASANGKAYU


Program KKN yang bertujuan sebagai sarana pembelajaran dan pengabdian di ruang praktek bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan program studinya sejatinya memberikan kenangan dan kesan tersendiri bagai mahasiswa yang menjalankannya. Baik kenagan kebersamaan dengan teman seperjuangan dalam satu posko maupun kenangan dan  kesan di kampung tempat pelaksanaan KKN.
Awalnya saya menganggap itu hanya berupa bualan mahasiswa yang telah melalui masa KKN. Namun saat ini hal itu pun juga saya rasakan. kami yang saat ini menajalani proses KKN Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah DDI Pasangkayu di desa Karya Bersama merasakan kesan yang mungkin beda dirasakan oleh mahasiswa lain pada umumnya. Kesan yang saya coret di dinding ini bukanlah kesan indah kebersamaan di POSKO, melainkan kesan berupa Fenoma yang  kami dapatkan di desa Karya Bersama tempat kami mengabdi sebagai mahasiswa masa KKN.
Kurang lebih seperti cerita KKN Desa Penari yang menceritakan hal hal misterius dialami mahasiswa di sebuah desa yang sampai saat ini belum diketahui pasti keberadaannya. Apa yang dialami mahasiswa KKN Desa Penari kurang lebih itu yang kami alami, KKN Desa Karya bersama. Bedanya yang kami temukan bukan desa yang misterius tetapi sebuah kampung yang hilang di desa Karya Bersama.
Sebuah fakta kami dapatkan dilapangan selama observasi sekitar tujuh hari pasca pelepasan oleh dosen Pembimbing, kami menemukan sebuah kampung/dusun di desa Karya Bersama yang dulunya ramai dihuni oleh masyarakat kini sepi sunyi berjejeran rumah rumah kosong dan puing puing bekas bangunan. dusun itu bernama dusun Sinar wajo. Menurut kepala dusun Sinar wajo bapak Syamsu Rijal yang saat ini berdomisili di Dusun Tetangga bahwa dusunnya dulu  ramai dihuni sekitar seratus tiga puluh jiwa dengan empat puluh satu jumlah Kepala Keluarga. Namun,   sekarang hanya tertinggal enam rumah yang berisi disana dihuni belasan jiwa. Warga lainnya mengungsi diluar kampung untuk menyelamatkan diri dan harta benda mereka.
Informasi yang kami terima semakin merangsang rasa penasaran hingga kami mencoba melihat langsung kondisi bekas perkampungan yang ramai dibicarakan warga sekitar dan mencari penyebab warga meninggalkan kampung ramai itu. Setelah melewati perjalanan sekitar lima kilo meter dari jalan trans Sulawesi sampailah kami di sebuah tempat bekas perkampungan Dusun Sinar Wajo. Bekas puing puing bangunan masih ada disana beberapa rumahb kosong masih tegak berdiri meskipun sudah tak berpenghuni, mesjid Nurul Huda sebagai tempat beribadah masyarakat disana kini sudah tidak terawat disekelilimhnya di tumbuhi semak belukar, di dalam mesjid yang berukuran sekitar tiga puluh kali dua puluh meter itu di penuhi lumpur dengan ketebelan mencapai hampir setengah meter. Daerah perkebunan kelapa sawit yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat sekitar dengan luas kira kira mencapai ratusan hektar kini sudah tidak produksi lagi dan dibiarkan menjadi hutan kembali oleh pemiliknya. Betapa besar kerugian yang dialami oleh masyarakat Dusun Sinar Wajo.
Informasi terus kami gali  melaui informan yang kami anggap mengetahui secara pasti penyebab tenggelamnya kampung tersebut. Menurut ketua karang taruna Desa Karya Bersama bung hardi bahwa sejak tahun 2016 Desa Karya Bersama kerap kali terkena banjir musiman hingga menenggelamkan beberapa rumah warga. Ketinggian air mencapai hingga satu meter lebih dengan durasi waktu yang lama sehingga melumpuhkan aktifitas warga.
Banjir musiman melanda dua dusun di desa Karya Bersama yaitu dusun Sinar Wajo dan Dusun Marambeau namun yang paling parah adalah dusun Sinar Wajo masyarakat Dusun tersebut akhirnya berinisiatif meninggalkan kampungnya untuk mencari tempat tinggal yang nyaman. “kita berharap ada solusi yang tepat dari pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan banjir di daerah ini sehingga kebun kebun warga bisa di kelolah kembali, perkampungan bisa kembali ramai, dan Mesjid Nurul Huda bisa di fungsikan kembali” tandas Hardiansyah ketua Karang tarunan Desa karya Bersama. ini bukan cerita melainkan sebuah fakta.

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home